Total Tayangan Halaman

Senin, 26 Maret 2012

PENYAKIT PULPA DAN PERIAPIKAL


Definisi
Secara umum penyakit pulpa dapat disebutkan sebagai kelainan pada jaringan pulpa (saluran akar gigi yang berisi pembuluh darah dan saraf) dan jaringan sekitar akar gigi (periapikal) akibat inflamasi oleh iritasi bakteri, mekanis, atau kimia.


Patofisiologi
Kelainan-kelainan pada pulpa dapat terjadi karena aktifitas bakteri penyebab karies atau lubang gigi yang secara kronis menginfeksi jaringan pulpa dan jaringan sekitar akar gigi. Penyebab lainnya dapat terjadi secara mekanis dan kimiawi, antara lain: trauma atau benturan, abrasi dan atrisi, yaitu pengikisan email gigi (contoh: bruxism atau gigi yang gemerutuk saat tidur) dan kesalahan saat tindakan oleh dokter gigi. Kerusakan pulpa juga dapat disebabkan oleh zat asam dari makanan ataupun bahan-bahan kedokteran gigi.

Perluasan inflamasi pada pulpa dapat mengenai jaringan periapikal karena kontaminasi bakteri, trauma instrumen, dan efek rangsang obat saluran akar pasca perawatan.

Pencegahan
            Pengetahuan tentang penyebab kelainan pulpa penting diketahui untuk mencegah terjadinya penyakit pulpa dan periapikal. Reaksi pulpa terhadap cedera sangat individual dan variatif, sehingga proses kelanjutan inflamasi sulit diperkirakan.
            Perubahan-perubahan penjalaran inflamasi pada pulpa sering terjadi tanpa rasa nyeri, dan tanpa diketahui oleh pasien ataupun dokter giginya. Sangat disarankan untuk segera ke dokter gigi saat menyadari adanya lubang gigi atau rasa ngilu pada gigi saat terkena makanan panas dan dingin. Walaupun belum tentu mengenai pulpa, rasa ngilu akibat rangsang panas dan dingin menandakan bahwa karies sudah mencapai dentin atau sangat mendekati pulpa.
            Terinfeksinya pulpa terjadi pada tahap karies yang sudah lanjut dan akhirnya dapat menyebar ke seluruh jaringan pulpa di akar dan mengakibatkan infeksi di tulang periapikal, berbentuk abses periapikal.
            Kondisi lanjutan yang sering ditemui adalah pasien datang dalam keadaan sakit dengan gusi yang membengkak dan disertai gejala sistemik seperti demam, pendarahan spontan di gusi, malaise, dan leukositosis. Beberapa kasus menunjukkan gejala gangguan pada kemih dan lambung.
Pemberian obat anti nyeri hanya diberikan untuk mengurangi gejala sakit saja, dan untuk selanjutnya harus segera diberi tindakan oleh dokter gigi.
Keluhan akibat inflamasi pulpa dapat timbul secara akut ataupun kronis. Inflamasi secara akut adalah kondisi yang timbul akibat mekanis (misal: instrumentasi di ruang dokter), invasi bakteri pathogen dari tulang yang masuk melalui celah bawah akar gigi (foramen apikalis), dan tekanan cairan eksudat dan nanah pada abses dentoalveolar.
Namun tidak jarang pasien menunda ke dokter gigi saat keluhan sakit yang dirasakan berkurang. Padahal penting diketahui kondisi sakit yang berulang bisa lebih parah. Bengkak yang timbul disertai abses yang berisi pus atau nanah yang secara kronis akan meningkatkan risiko kerusakan tulang rahang, kista radikular, granuloma apikalis dan beberapa komplikasi lainnya.


Kesimpulan
1. Penyakit pulpa adalah penyakit pada jaringan di dalam saluran akar gigi yang disebabkan oleh bakteri, mekanis dan kimiawi yang lama kelamaan inflamasi menjalari jaringan periapikal.
2. Gejala awal penyakit pulpa seringkali tanpa disertai rasa nyeri dan tidak disadari oleh pasien ataupun dokter giginya.
3. Reaksi pulpa terhadap cedera sangat individual dan variatif, sehingga proses kelanjutan inflamasi sulit diperkirakan
4. Umumnya pasien penyakit pulpa mencari pertolongan dokter gigi dalam keadaan infeksi lanjutan.
5. Membiarkan kondisi penyakit pulpa dan periapikal tanpa penanganan dokter gigi akan menimbulkan infeksi yang lebih parah dan komplikasi lainnya.
6. Inflamasi pulpa dan periapikal juga dapat menimbulkan kelainan secara sistemik.
           
Daftar pustaka

1. Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan praktik ilmu endodonsi. Alih bahasa. Sumawinata. Edisi 2. Jakarta: EGC, 1998:    41-66
2. Tarigan R. Perawatan pulpa gigi (endodonti). Jakarta: Widya Medika, 1994: 15-47
3. Ford TRP. Restorasi gigi. Alih bahasa. Sumawinata. Edisi 2. Jakarta: EGC, 1993: 1-13
4. Walsh L J. Serious complications of endodontic infections: Some cautionary tales. Australian Dental Journal 1997;42:(3):156-9
5. Gutmann et al. Identify and Define All Diagnostic Terms for Periapical/ Periradicular Health and Disease States. JOE — Volume 35, Number 12, December 2009